Blog
Orang yang tepat dalam setiap Penugasan dan Pekerjaan Ala Rasulullah ﷺ
- 29/11/2021
- Posted by: Mazfaa
- Category: Artikel
أَبِي شَبِيبٍ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: ” أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّه أَنْ نُنْزِلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ
Artinya: Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada kami agar memberikan perlakuan, pergaulan, tata krama sesuai dengan kedudukan orang tersebut.
Pendahuluan
Rasulullahﷺ adalah sebaik-baik makhluq ciptaan-Nya yang Allah anugerahkan kepada kita umat manusia, maka menjadi sebuah keberuntungan bagi manusia yang mau mengikuti pentunjuk yang dibawa olehnya. Maka dalam sebuah syair disebut kan:
ولم يكن الهدى لولا ظهوره
Artinya: tidak ada muncul sebuah hidayah kecuali karena kehadirannya.
Memanglah beliau pantas mendapat sanjungan yang tinggi seperti itu dan tidak pula berlebihan jika kita memuji beliau dengan puji-pujian seperti syair di atas.
Setiap manusia akan dan telah melukiskan sejarahnya masing-masing, ada yang menulis dengan tinta merah, ada juga yang menulis dengan tinta hitam, dan ada pula yang melukisnya dengan tinta emas. Maka sebaik-baik manusia adalah ynag memiliki catatan sejarah yang baik dan bisa menjadi contoh pelajaran bagi manusia setelah ketiadaannya, sebagaimana sebuah peribahasa “Gajah mati meninggalkan gading, Macan mati meninggalkan belang, Orang mati meninggalkan nama.”
Marilah kita melihat sesosok insan mulia yang telah melukiskan sejarahnya dengan tinta emas yang tidak ada yang dapat menandinginya sebelum dan sesudahnya. Sesosok yang memiliki catatan sejarah yang sangat lengkap dan menjadi yang terlengkap di muka bumi. Dialah Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin Sayyidina Muhammadﷺ. Tetesan darah dan keringatnya menjadi saksi yang akan berbicara dihadapan Allah kelak akan keagungan dan keteladanan dalam segala aspek kehidupannya.
Dalam kehidupan beliau telah menorehkan kegemilangan demi kegemilangan, kemenangan demi kemenangan, dalam melaksanakan dakwah untuk menyampaikan risalah agung yang diembannya. Tentunya dalam mencapai keberhasilan itu beliau mempunyai berbagai taktik dan strategi yang tentunya berasal dari Allah, bagaimana beliau memilih kadernya, bagaimana beliau melakukan peperangan, dan bagaimana juga beliau melanjutkan risalah ini dengan tabligh. Semua itu adalah cara yang terbaik dan patut kita cari hikmahnya. Dalam hal ini penulis akan mengupas hikmah dan cara Rasulllahﷺ memilih kader yang unggul dan berkompeten dalam bidangnya masing-masing sehingga dapat mencapai kemenangan dan keberhasilan dalam berdakwah. Semoga upaya ini dapat menjadi bukti cinta kita pada Rasullahﷺ agar kita menjadi orang yang mendapat syafaat, dan dapat minum dari telaga Al-kautsar. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Pengiriman duta untuk mengajarkan islam dan meminta suaka kepada Raja Habasyah
- Pengiriman duta dakwah ke Madinah
Mushab bin Umair
Dakwah islam telah berkembang menjadi dakwah yang lebih luas lagi, pada tahun 11 kenabian 6 orang dari Madinah yang berasal dari suku Khazraj telah masuk islam dan mereka adalah orang-orang pertama dari ahlul Madinah yang memasuki islam. Lalu mereka berjanji kepada Rasulullahﷺ untuk menyebarkan islam kepada penduduk madinah. Pada musim haji tahun 12 kenabian tepatnya pada tahun 621M pada bulan Juni mereka datang dengan membawa 7 orang tambahan dan 5 orang diantara mereka sehingga jumlah mereka 12 orang. 12 orang inilah yang akan mengikuti baiat Aqabah I bersama Rasulullahﷺ dan para sahabat yang ada di Makkah. Pada saat selesai proses baiat dan mereka akan pulang ke Madinah, maka Rasulullahﷺ mengutus seorang Sahabat yang akan menjadi seorang duta dakwah yang akan menyebarkan islam di Madinah. Beliau bernama Mush’ab Bin Umair, mari kita sama-sama melihat kecakapan dari sahabat agung ini.
Mushab bin Umair atau Mushab Al khair begitulah julukan yang diberikan padanya. Pemuda Makkah yang paling dimanja oleh kedua orang tuanya, hidup dalam kemewahan dan perhiasan dunia, dan menjadi orang yang paling rupawan diantara pemuda Makkah. Tatkala islam masuk ke relung hatinya dia rela melepaskan berbagai gemerlap dunia yang dia sandang selama ini, bahkan suatu hari dia lewat di depan para sahabat dengan pakaian yang membuat para sahabat meneteskan air mata karena tak kuat membayangkan keteguhan imannya yang rela mengorbankan kehidupan dunianya.
Tatkala Rasulullahﷺ mengutusnya ke Madinah untuk menyeru penduduknya masuk ke dalam islam, agama yang penuh dengan kebenaran, dan mengajari orang-orang yang telah berbaiat pada Bai’at Aqabah Pertama. Keberhasilannya menjalankan misi Yang Rasulullahﷺ berikan membuktikan bahwa beliau tidak salah pilih orang. Beliau membuktikan dengan berhasil mendakwahkan islam kepada pemimpin kaum di sana yaitu, Usaid Bin Hudhair, Sa’adz Bin Muadz, dan Sa’d Bin Ubadah. Hal ini berhasil karena Mush’ab menggunakan cara bermediasi dengan perkataan lembut dan pembacaan kalamullah yang dapat mengetuk pintu hati orang kafir.
B. Meminta suaka kepada Raja Habasyah
Pada saat itu dakwah islam sudah mulai di dakwahkan ke lingkungan yang lebih luas di Makkah. Semakin massif dakwah yang digaungkan semakin kuat pula kebencian yang dilontarkan oleh kafir jahiliyyah di Makkah. Siksaan dan cacianpun dilontarkan kepada orang-orang yang lemah dan telah masuk islam. Bumi Makkah terasa sempit bagi mereka yang menjadi objek penyiksaan, oleh karena itulah kaum muslimin berpikir untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini, sebab kalau tidak dicarikan jalan keluarnya maka lama-kelamaan kaum muslimin akan sirna dari muka bumi. Rasulullahﷺ mengetahui ada seorang raja nasrani yang tidak akan zhalim terhadap apapun yang menjadi bagian dari kekuasaannya dan bagi mereka yang sedang mencari perlindungan ataupun suaka namanya adalah Ashhamah An-Najasyi. Maka dibuatlah rancangan untuk mengendap-endap menuju pelabuhan agar langkah mereka tidak tercium oleh kafir Quraisy. Merekapun berhasil bertolak dari pelabuhan Syaibah.
Kelompok hijrah ini dipimpin oleh Utsman Bin Affan. Yang berisi orang-orang yang telah memeluk Islam dari kalangan laki-laki dan perempuan, termasuk di dalamnya Ja’far Bin Abu Thalib yang menjadi juru bicara umat muslim. Inilah yang menjadi pembahasan kita kali ini, mari kita lihat sosok sahabat mulia ini.
Ja’far Bin Abu Thalib adalah seorang sahabat mulia yang diberi julukan Dzul janahain (pemilik 2 sayap), beliau mendapatkan julukan itu karenaperan beliau yang sangat besar pada perang Mu’tah yang melawan 200.000 tentara Romawi. Beliau diamanatkan oleh Rasulullahﷺ untuk menjadi estafet pemegang panji yang ke-tiga ketika komandan yang memimpin gugur. Maka, pada saat gilirannya menjadi pemegang panji dia dikepung oleh pasukan romawi, sehingga tertebas tangan kanannya yang sedang memegang panji, ketika tertebas tangan kanannya maka tangan kiri langsung menyambut panji yang hampir terjatuh. Tangan kirinya pun tak bisa lolos dari tebasan pedang, maka untuk mempertahankan panjinya dia mendekap panji tersebut dengan sisa tangan yang ada. Disanalah dia menemukan kesyahidannya dengan kedua tangan yang telah putus, oleh karena itulah dia diberi julukan Dzul janahain.
Sahabat mulia ini tak hanya menjadi bintang di perang Mu’tah, tapi juga pada masa awal-awal islam yaitu hijrah ke Habasyah. Beliau menjadi juru bicara bagi orang-orang mu’min di sana. Setelah sampainya mereka di Negeri Habasyah dan mendapat perlakuan yang baik dari Raja di sana. Kaum Quraisy mengerti bahwa jika dibiarkan pasti orang-orang mu’min akan berkembang pesat dan akan perlahan dapat mengalahkan hegemoni Quraisy, maka dikirimkanlah dua orang Quraisy sebagai Mediator untuk memulangkan para imigran (muhajirin). Mereka memulai mediasi dengan cara menyogok orang-orang terdekat dengan raja supaya mereka membisikan kepada raja bahwa maksud para utusan Quraisy adalah baik dan sesuai dengan adat istiadat mereka. Mulailah pada hari pertemuan dengan raja dan menyampaikan maksudnya datang ke Habasyah. Kemudian menyampaikan berbagai tuduhan-tuduhan palsu untuk meyakinkan raja untuk mengembalikan para imigran tersebut. Untuk mengetahui kebanaran, raja ingin mendengar dari pihak muhajirin dan bertabayun untuk mengetahhui kebenaran dari tuduhan-tuduhan yang dilemparkan dari pihak Quraisy. Kaum muhajirin sepakat mengangkat Ja’far Bin Abu Thalib untuk menjadi juru bicara dalam kesempatan kali ini. Diapun menyampaikan kebenaran dan apa saja yang telah disampaikan oleh Rasulullahﷺ. Kekalahan yang telak dari pihak Quraisy dan mereka pun gagal dalam mengembalikan para muhajjirin tersebut kembali ke kota Makkah. Begitulah beliau seorang sahabat mulia yang dikaruniakan oleh Allah dengan kecerdasan hati, akal, jiwa, dan kefasihan lidah.
Pemilihan 12 orang sebagai wakil untuk kaum agar mendakwahkan islam
Setelah baiat Aqabah II selesai dan para peserta baiat telah mengetahui konsekuensi baiat, Rasulullahﷺ memerintahkan untuk memilih 12 orang sebagai perwakilan kaumnya untuk mendakwahkan islam. Rasulullahﷺ bersabda: kalian bertanggung jawab terhadap kaum kalian sebagaimana pertanggung jawaban Isa bin Maryam terhadap kaum Hawariyyin sedangkan aku adalah penanggung jawab bagi kaumku (kaum muslimin). Mereka menjawab: Ya.
Pemilihan wakil kaum yang 12 ini terdiri dari suku Aus(3 orang) dan Khazraj(9 orang), mereka adalah:
Dari Khazraj:
- As’ad Bin Zurarah
- Sa’ad Bin Rabi’
- Abdullah Bin Rawahah
- Rafi’ Bin Malik
- Al- Bara’ Bin Ma’rur
- Abdullah Bin Amr
- Ubadah Bin Ash-Shamit
- Sa’ad Bin Ubadah
- Al-Mundzir Bin ‘Amr
Dari Aus:
- Usaid Bin Hudhair
- Sa’ad Bin Khaitsamah
- Rifa’ah Bin Abdul Mundzir
Penutup
Itulah sedikit kisah kisah yang menunjukkan kepadandaian, ketelitian, dan perhitungan yang matang Rasulullahﷺ untuk menghidupkan dakwah islam. Ini merupakan kegemilangan yang sangat besar karena tidak ada ideologi yang dapat bertahan dari zaman ke zaman selain ideologi islam. Kemenangan ini dipengaruhi dari cara menentukan langkah dakwah yang akan dilaksanakan sebagai strategi mencapai kemenangan. Langkah-langkah dakwah yang dilaksanakan tentu saja merupakan wahyu yang diberikan kepada Rasulullahﷺ, salah satunya dengan memilih orang yang tepat pada bidangnya dalam setiap penugasan.
Inilah yang sedikit usaha yang penulis beberkan sebagai rasa cinta kita kepada Rasulullahﷺ dengan mempelajari sirahnya, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang Allah kehendaki.