Blog
Realita Bangsa Yahudi Yang Dikutuk Menjadi Kera
- 31/07/2020
- Posted by: Mazfaa
- Category: Artikel
Di dalam Al-Qur’an Allah telah menyebutkan kisah-kisah ummat terdahulu, sebagai bahan pelajaran bagi ummat yang datang setelahnya. Diantara kisah yang disebut dalalm Al-Qur’an adalah kisah kaum yang dikutuk dan diubah oleh Allah menjadi kera. Kisah ini bukanlah dongeng semata, karena bahwasanya Allah mengutuk mereka yang merupakan kaum Yahudi Bani Israil menjadi kera dikarenakan mereka berusaha mengakali hukum Allah.
Kaum tersebut hidup jauh sebelum masa Nabi Muhammad, mereka hidup di suatu desa yang dekat dengan laut. Menurut para ulama tafsir, tidak semua dari mereka diubah menjadi kera karena masih ada yang taat akan perintahnya. Selanjutnya Imam Az-Zuhri menyatakan bahwa nama desa tersebut adalah Thabariyah yang dekat danau Thabariyah, akan tetapi dalam tafsir Al-Qurthubi disebutkan riwayat-riwayat berbeda lainnya, seperti Maqnat, Aylah, ataupun Madyan (suatu daerah yang terletak diantara Aylah dan Ath-Thuur), yang mana kesemuanya berada di tepi-tepi laut.
Pada saat itu, dalam kitab Taurat Allah menetapkan bahwa di hari Sabtu dikhususkan untuk beribadah kepada-Nya dan dilarang untuk mengambil ikan di laut. Akan tetapi, Allah memberikan ujian kepada mereka dengan munculnya ikan yang berlimpah tepat di hari Sabtu. Dan selain di hari Sabtu, seakan-akan ikan-ikan tersebut menjauh dan lenyap dari mereka.
Melihat hal ini, ada sebagian golongan yang menaruh perangkap ikan di hari Jum’at petang hari agar memperoleh ikan yang banyak yang akan diambil pada hari Ahad. Namun, tetap saja hal ini telah melanggar perintah Allah. Adapun sebagian lainnya adalah mereka yang melihat perbuatan yang melanggar ini tanpa memberikan peringatan. Maka inilah yang membuat mereka dikutuk menjadi kera.
Kisah ini bukanlah kiasan, karena ia tercantum pada surat Al-A’raaf ayat 163 “Dan tanyakanlah pada Bani Israil tentang negeri yang terletak dekat laut, ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu ikan-ikan tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik”.
Bukti lainnya adalah dalam surat Al-Baqarah ayat 65 “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu di hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka ‘jadilah kamu kera yang hina’”. Disebut sebagai kera yang hina, karena mencerminkan perbuatan bangsa Yahudi yang serakah dan mencoba mengakali hukum Allah.
Dari kisah tersebut, ada yang beranggapan bahwa kera dan babi yang ada sekarang adalah merupakan hasil keturunan kaum Yahudi yang dikutuk, padahal Rasulullah telah menyebutkan dalam H.R Muslim, “Dan sesungguhnya Allah tidak menghancurkan atau tidak mengadzab pada suatu kaum (manusia), maka Allah akan menjadikkan mereka memiliki keturunan. Dan sesungguhnya kera dan khinzir (babi) telah ada sebelum (tragedi) pengutukan Bani Israil (Yahudi)” . Menurut hadits tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa kera dan khinzir (babi) yang ada sekarang ini bukan berasal dari keturunan Yahudi yang dikutuk oleh Allah.
Para Ulama tafsir berbeda pendapat dengan riwayat selanjutnya tentang kera-kera kutukan bangsa Yahudi. Ada sebagian yang beranggapan bahwa setelah itu mereka mati begitu saja setelah tiga hari tiga malam. Hal ini agar mereka merasakan kehinaan di dunia sebelum mereka dimatikan. Ada sebagian lagi yang mengatakan bahwa setelah menjadi kera, Allah mengembalikan lagi mereka ke wujud semula, dan yang berubah adalah hati-hati mereka dijadikan sebagaimana hati-hati kera yang serakah.
Setengah riwayat ahli tafsir yaitu menurut riwayat dari Ibnu Ishak, Ibnu Jarir dan Ibnu Abbas, semua mereka itu dikutuk sehingga berubah rupa menjadi monyet. Tetapi setelah mereka menjadi monyet itu, mereka tidak bisa makan dan tidak bisa minum, sehingga tidak sampai tiga hari sesudah perubahan rupa itu, merekapun mati semua.
Setengah ahli tafsir lainnya, menafsirkan bahwa mereka disumpah Tuhan, sehingga langsung bertukar jadi kera, jalan dengan kaki empat, gigi berganti dengan saing. Tetapi lebih hebatlah azab itu, bahwa tubuh tetap tubuh manusia, tetapi perangai sudah menjadi perangai kera. Mereka datang berkelompok-kelompok ke ladang orang. Bukan saja hasil ladang itu dimakannya sekenyang perut sampai berlebih dalam lehernya, tetapi batang-batang pisang, ketela, jagung yang bertemu mereka rusakkan dan patahkan. Sesudah hasil mereka ambil, dasar yang tinggal mereka rusakkan pula, sehingga tidak bisa tumbuh lagi. Kalau dikejar merekapun lari, dan dari tempat jauh ataupun hutan-hutan, mereka mencibir orang-orang yang mengejarnya.
Akan tetapi jelasnya, keturunan mereka telah terputus. Sehingga tidak tepat pernyataan bahwa kera-kera yang ada sekarang ini adalah hasil keturunan kaum Yahudi. Wallahu A’lam bish Showab.
HANA ULINNUHA
Kekekekeke keke