Blog
BANGUNLAH DARI TIDURMU, WAHAI PARA PENYONGSONG KEJAYAAN ISLAM!
- 06/03/2020
- Posted by: Mazfaa
- Category: Artikel
Hari ini, umat Islam dihadapi dengan berbagai banyak problem, baik itu problem internal maupun eksternal. Di antara problem internal itu adalah menyangkut kejahilan mayoritas umat Islam terhadap ajaran agamanya. Fenomena kejahilan ini nampak jelas pada pola pikir, perilaku, dan gaya hidup mereka yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Sementara itu, musuh-musuh Islam berusaha keras untuk merusak Islam dan menjauhkan umatnya dari ajaran yang benar terhadap agamanya. Mereka tidak akan pernah bosan untuk menghancurkan Islam dan umatnya dengan perantara kecanggihan teknologi mdern yang mereka miliki. Dalam keadaan seperti ini, umat Islam tidak boleh diam saja. Karena ini merupakan ancaman yang harus dihadapi oleh umat Islam.
Oleh karena itu, dakwah merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-qur’an, artinya “Dan hendaklah ada di antara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Dakwah mengajak manusia kepada Allah adalah implementasi tingkah laku, amal yang nyata untuk Islam dan memakmurkan bumi dengannya. Sebagaimana ayat di atas, dijelaskan bahwa kita bisa mengambil manfaat dari ayat ini berupa dua makna, yaitu urgensi dakwah dan urgensi keberadaan golongan tersebut yaitu golongan kebaikan yang menyeru manusia kepada Allah.
Maka dalam hal ini, berdakwah merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita. Karena pada hakikatnya kita semua adalah dai, baik laki-laki maupun wanita, yang besar maupun yang kecil, para ulama dan kaum muslimin secara umum. Selain itu, kita adalah umat terbaik yang disebutkan dalam Al-qur’an yang mampu beramar ma’ruf nahi mungkar lagi beriman kepada Allah. Sebagaimana firman Allah yang artinya “Kamu adalah sebaik-baik umat yang telah dikeluarkan antara manusia (karena) kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang perbuatan yang mungkar serta percaya kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Menjadi seorang dai tentunya sangat membutuhkan pengarahan, motivasi, dan bimbingan, karena mereka adalah orang-orang yang aktif menyebarkan kebaikan di tengah umat. Maka, setiap dai harus mencurahkan seluruh kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengarahkan dan menghasung para pemuda Islam agar mereka ikut berdakwah dengan bashirah (ilmu). Bashirah terhadap semua kondisi, terkhusus tentang pribadi dan akhlaknya sendiri, kondisi obyek dakwah, dan mengetahui situasi dan kondisi yang tepat.
Menjadi teladan yang baik dalam segala tindak-tanduk seperti berbicara, cara berpakaian, dan tingkah laku, merupakan tuntutan yang harus di ekspresikan oleh kita sebagai seorang dai. Selain itu, juga berusaha membersihkan jiwa hingga jiwanya menjadi sumber cahaya dan petunjuk dalam beramal, mulai dari mendidik, berdakwah, dan mengarahkan manusia. Kemudian hasil maksimal dari pengarahan, nasihat, ide, dan usulan-usulan yang telah dilakukan itu akan memberi balasan kepada kita yang besar dari Allah.
Hal ini merupakan salah satu sebab di haruskannya seseorang untuk berdakwah. Seorang dai juga akan mendapatkan pahala yang semisal dengan orang yang mengamalkan dakwahnya. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dari Ibnu Mas’ud dia berkata“Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan maka dia akan mendapat pahala yang sama sebagaimana orang yang mengerjakan kebaikan tersebut.” (HR. Muslim)
Selain itu, pahala seorang dai akan senantiasa mengalir setelah kematiannya. Sebagaimana dalam hadits juga dikatakan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Jika manusia meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya”. (HR. Muslim)
Beberapa sebab lain diantaranya yakni untuk melaksanakan titah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. Agar memiliki argumen di depan Allah pada hari kiamat nanti, mencari keselamatan di dunia dan akhirat. Sebagaimana perkataan syaikh As-Sa’di bahwa siksaan akan menimpa pelaku kezhaliman dan selainnya, jika kezaliman telah nyata dan tidak ada yang mengubahnya, maka siksa yang diturunkan akan menimpa manusia secara umum baik pelaku maupun yang lainnya. Selanjutnya agar diri kita dan masyarakat menjadi baik, agar manusia dapat mendengar kebenaran sehingga kebenaran tidak dianggap sebagai kebatilan dan kebatilan tidak dianggap sebagai kebenaran akibat kita yang berdiam diri. Kemudian bahwa ahli kebatilan telah berusaha untuk mencurahkan seluruh kemampuannya dalam mencapai tujuan mereka, maka selayaknya bahwa ahli kebenaran harus lebih mencurahkan kemampuannya dalam menegakkan kebenaran.
Setelah mengetahui sebab-sebab diharuskannya kita untuk berdakwah, maka sebagai seorang muslim yang cerdas, tidakkah hati kita mulai tergerak dan terdorong untuk dapat memulai perjalanan dakwah ini, terlebih dengan sudah banyaknya problem umat dan ancaman dari berbagai pihak terhadap kehancuran agama ini.
Saudaraku, mulailah untuk mengerakkan pikiran dan hati kita kepada jalan dakwah. Mulailah dari diri kita masing-masing dengan niat yang tulus dan ikhlas karena-Nya. Lihatlah bahwa kita sedang ditunggu oleh umat diluar sana dan Din ini sedang membutuhakn sosok kita untuk bisa menyebarkan Islam di seluruh penjuru dunia.
Kondisi Islam sekarang tidak dapat dikatakan sedang baik-baik saja. Kian hari semakin terperosok jatuh dengan masalahnya yang semakin bertambah. Salah satu alasan hal ini dapat terjadi tidak lain penyebabnya adalah karena diamnya kita, para dai daiyah dan para penegak kebenaran. Apakah dari diri kita masih ingin berdiam diri? Padahal, segala fenomena kebatilan dan kerusakan itu sudah nampak dan terjadi di depan mata kita sendiri.
Berdakwah memang bukan perkara mudah karena akan pasti di setiap langkahnya bertemu dengan yang namanya tantangan dan rintangan. Namun, seorang yang sudah memahami seruan tersebut dan meniatkannya karena Allah, InsyaAllah hal itu bukan menjadi masalah yang besar untuknya, karena sejatinya masalah yang amat besar bagi seorang muslim itu bukan di dunia akan tetapi di akhirat kelak ketika Allah meminta pertanggungjawaban terhadap kita semasa hidup bahwa apa yang telah kita perbuat untuk perbaikan umat ini dan untuk kejayaan Islam sendiri.
LAILA CAHYADI