Blog
Bagaimanakah Cara Melaksanakan Sholat Gerhana
- 27/02/2016
- Posted by: Mazfaa
- Category: Artikel
Sebentar lagi di dunia ini akan terjadi peristiwa yang istimewa, yaitu gerhana matahari total, khususnya adalah untuk negara indonesia tersendiri. Saat ini gerhana matahari total dipandang sebagai fenomena alam tertutupnya matahari oleh bulan sehingga hari menjadi gelap. Namun bagi masyarakat Indonesia di zaman dulu, gerhana matahari total ini dianggap peristiwa yang menakutkan sehingga memunculkan mitos dan takhayul. Sedangkan dalam islam sendiri, kita disunahkan untuk melaksanakan sholat khusuf dan sunnah-sunnah yang lain.
Bagaimanakah cara melaksanakan shalat gerhana?
Berikut panduan lengkapnya.
Bagi yang Menyaksikan Gerhana Hendaklah Melaksanakan Shalat Gerhana
Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu โalaihi wa sallam,
โJika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.โ2
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.
Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syuโbah, Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda,
โMatahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdoโalah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).โ3
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
โJika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.โ4 Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.
Hal-hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana
Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari โAisyah radhiyallahu โanha, Nabi shallallahu โalaihi wa sallam bersabda,
โSesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoโalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.โ5
Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjamaโah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari โAisyah bahwasanya Nabi shallallahu โalaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu โalaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat.6 Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu โalaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.7
Ibnu Hajar mengatakan, โYang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu โalaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.โ8
Lalu apakah mengerjakan dengan jamaโah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, โShalat gerhana secara jamaโah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu โalaihi wa sallam,
โJika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlahโ.9
Dalam hadits ini, beliau shallallahu โalaihi wa sallam tidak mengatakan, โ(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.โ Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjamaโah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu โalaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jamaโah akan lebih menambah kekhusuโan. Dan banyaknya jamaโah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) doโa.โ10
Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
โSaya mendatangi Aisyah radhiyallahu โanha -isteri Nabi shallallahu โalaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: โKenapa orang-orang ini?โ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, โSubhanallah (Maha Suci Allah)โ. Saya bertanya: โTanda (gerhana)?โ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.โ11
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
โShalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.โ
Ibnu Hajar mengatakan,
โJudul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.โ12
Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah.13
Keempat: menyeru jamaโah dengan panggilan โash sholatu jaamiโahโ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari โAisyah radhiyallahu โanha, beliau mengatakan,
โAisyah radhiyallahu โanha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu โalaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jamaโah dengan: โASH SHALATU JAMIโAHโ (mari kita lakukan shalat berjamaโah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali rukuโ dan empat kali sujud dalam dua rakaโat.โ14 Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.
Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafiโi, Ishaq, dan banyak sahabat15. Hal ini berdasarkan hadits:
ุนููู ุนูุงุฆูุดุฉู ุฑูุถู ุงููู ุนูููููุง ููุงููุชู: ุฎูุณูููุชู ุงูุดู ุณู ุนูููู ุนููุฏู ุฑูุณููู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู . ููููุงู ู ููุตููููู ุฑูุณูููู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุจุงููููุงุณ ููุฃุทูุงูู ุงูููููุงู ุ ุซูู ูู ุฑูููุนู ููุฃุทูุงูู ุงูุฑูููููุนูุ ุซูู ูู ููุงู ู ููุฃุทูุงูู ุงููููุงู ู ูููู ุฏูููู ุงูููููุงู ุงูุฃูููููุ ุซู ุฑูููุนู ููุฃุทูุงูู ุงูุฑููููุนู ููููู ุฏูููู ุงูุฑูููููุนู ุงูุฃูููููุ ุซูู ุณูุฌูุฏู ููุฃุทูุงูู ุงูุณููุฌููุฏูุ ุซู ููุนููู ูู ุงูุฑูุนูุฉู ุงูุฃุฎูุฑูู ู ูุซูู ู ูุง ููุนูู ูู ุงูุฑููุนูุฉู ุงูุฃูููุ ุซูู ูู ุงูุตุฑููู ููููุฏู ุงูุฌููุชู ุงูุดููู ูุณูุ ููุฎูุทุจู ุงููุงุณู ููุญูู ูุฏู ุงููู ูุฃุซููู ุนููููู ุซู ูุงูู:
โ ุฅู ุงูุดููู ุณ ู ุงูููู ูุฑ ุขูุชุงูู ู ููู ุขููุงุชู ุงููู ูุงู ุชููุฎูุณูููุงูู ููู ููุชู ุฃุญุฏ. ูููุงู ููุญูููุงุชููู. ููุฅุฐูุง ุฑูุฃูุชู ู ุฐูู ููุงุฏุนููุง ุงููู ูููุจุฑูุง ููุตูููููุง ููุชูุตูุฏูู ููุงโ.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu โalaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau rukuโ dan memperpanjang rukuโnya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau rukuโ kembali dan memperpanjang rukuโ tersebut namun lebih singkat dari rukuโ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada rakaโat berikutnya, beliau mengerjakannya seperti rakaโat pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
โSesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoโalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.โ
Nabi selanjutnya bersabda,
โWahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.โ16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat โied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafiโi.17
Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaโat dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua rakaโat dan setiap rakaโat ada sekali rukuโ, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua rakaโat dan setiap rakaโat ada dua kali rukuโ, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.18
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
โAisyah radhiyallahu โanha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu โalaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru โASH SHALATU JAMIโAHโ (mari kita lakukan shalat berjamaโah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali rukuโ dan empat kali sujud dalam dua rakaโat.โ19
โAisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu โalaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau rukuโ dan memperpanjang rukuโnya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau rukuโ kembali dan memperpanjang rukuโ tersebut namun lebih singkat dari rukuโ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada rakaโat berikutnya beliau mengerjakannya seperti rakaโat pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.โ20
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu โalaihi wa sallam dan beliau shallallahu โalaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca doโa istiftah dan bertaโawudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
โNabi shallallahu โalaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.โ (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian rukuโ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari rukuโ (iโtidal) sambil mengucapkan โSAMIโALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMDโ
[6] Setelah iโtidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian rukuโ kembali (rukuโ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuโ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari rukuโ (iโtidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana rukuโ, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaโat kedua sebagaimana rakaโat pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaโah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoโa, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. 21
Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu โalaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu โalaihi wa sallam:
Abu Musa Al Asyโari radhiyallahu โanhu menuturkan, โPernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, rukuโ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.โ
Nabi shallallahu โalaihi wa sallam lantas bersabda,โSesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoโa dan memohon ampun kepada Allah.โ22
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu โalaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. 23
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu โalaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu โalaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Naโudzu billahi min dzalik.
Demikian penjelasan ringkas kami mengenai shalat gerhana . Semoga bermanfaat.
Footnote: